Mendapatkan Kesempatan Melanjutkan Studi Dari Beasiswa LPDP-RI.
“Amsal salah satu dari anak
kampung dari pedalaman Papua yang mendapatkan manfaat untuk melanjutkan studi Beasiswa LPDP program Magister di Universitas yang ternama di dalam Negeri.
Sam panggilan akrabnya,
mendapatkan beasiswa S2 adalah impiannya. Banyak hasil yang membuat mimpinya
menarik untuk dicapai. Kuliah gratis, mendapatkan uang
saku, jalan-jalan dan lain sebagainya. Semuanya akan menyatu menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Tak semua bisa terbelikan dengan uang, salah satunya adalah pengalaman mendapatkan beasiswa S2. Semua orang punya mimpi besar untuk mendapatkan beasiswa, tapi tak banyak yang bersabar, tekun dan kerja keras untuk mendapatkan semua itu. Sebagian besar dari pemburu beasiswa cenderung merasa pesimis, tak bisa bahasa Inggris, nilai secourse Toeffl/ITP dan berbagai alasan lainnya. Padahal, jika kita mau mengejarnya tak ada istilah “tidak mungkin”. Jika mau pasti ada jalannya. Tapi ingat kuncinya, belajar dengan tekun, banyak bertanya dan harus mimpi besar.
saku, jalan-jalan dan lain sebagainya. Semuanya akan menyatu menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Tak semua bisa terbelikan dengan uang, salah satunya adalah pengalaman mendapatkan beasiswa S2. Semua orang punya mimpi besar untuk mendapatkan beasiswa, tapi tak banyak yang bersabar, tekun dan kerja keras untuk mendapatkan semua itu. Sebagian besar dari pemburu beasiswa cenderung merasa pesimis, tak bisa bahasa Inggris, nilai secourse Toeffl/ITP dan berbagai alasan lainnya. Padahal, jika kita mau mengejarnya tak ada istilah “tidak mungkin”. Jika mau pasti ada jalannya. Tapi ingat kuncinya, belajar dengan tekun, banyak bertanya dan harus mimpi besar.
Sam termasuk orang yang
memiliki pengalaman berliku untuk mendapatkan beasiswa S2. Saat ini oleh
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) memberikannya beasiswa, hannya dengan
modal beberapa tulisan artikel, salah satu artikel, dengan Thema. Orang Papua yang membutuhkan keadilan,
kebenaran, kesejahteraan dalam
pembangunan di tanah Papua. Maka perlu
adanya SDM yang handal dapat mampu membuat
trobosan dalam Pembangunan, menegakkan supermasi hukum dan keadilan diTanah Papua, agar
penyelenggaraan penegakkan hukum di Provinsi Papua dapat di capai sesuai dengan
amanat konstitusi 1945 alinea ke 4 ''Kemudian daripada itu untuk membentuk
suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.'' Walaupun sebelumnya
selesai S1 di Fakultas Hukum Uncen saya tidak pernah memikirkan untuk
melanjutkan studi Program magister, namun dorongan dan motivasi kaka tersayang
Marthen Sama, maka saya mendapat kesempatan melanjutkan studi dalam program
beasiswa LPDP.
Saya sadar bahwa, semua
program beasiswa itu, tidak didapatkan begitu saja. saya percaya, kesempatan
itu tak datang menyapa begitu saja, melainkan mau mengetuk pintu, dengan begitu
pintu pun terbuka. Semenjak S1 di Universitas Cenderawasih pada Fakultas Hukum (FH
Uncen) Jayapura Papua, saya aktif menjadi anggota organisasi internal kampus
Lembaga Uncen, seperti BEM FH UNCEN, UKM PMK Uncen, dan pernah menjadi
ketua BEM FH Uncen periode 2012-13 mengantikan posisi bung Thomas Ch Syufi, serta organisasi Ikatan Mahasiswa Kabupaten dan Distrik dari Yahukimo-Papua. Di
tempat inilah saya mulai belajar menulis dan ditimpa dengan banyak berlatih
diri dalam kegiatan organisasi. Sam dipandang dari orang dibilang tak mampu
dalam sisi Financial. Latar belakang
orang tuanya tergolong seorang petani
dan pelayanan ( penyinjilan) di Jemaat
GKI Klasis Yalimo Angguruk daerah pelosok pedalaman Papua.
Saya
anak kampung belajar bersama dengan anak
kota, tetapi saya anak dari kampung yang
tak kampungan. Itu istilah motivasi besar saya. Mungkin anda yang membaca
tulisan saya ini banyak yang sama dengan nasib saya. Namun saya menulis disini
agar dapat memotivasi kita semua. Mungkin tak percaya, jika Sam menceritakan
bagaimana lika-liku memenangkan beasiswa dengan modal menulis cerita
orang-orang kampung pedalaman Papua yang membutuhkan keadilan, kebenaran, dan
kesejahteraan dalam pembangunan. Awalnya pun saya tak begitu percaya, tapi
hasil seleksi mendapatkan beasiswa S2 dari 370 peserta yang tes daftar dari Putra-putri terbaik dari Provinsi Papua,
hanya 70 yang dinyatakan lulus seleksi, salah satunya saya.
Dalam setiap seleksi
apa pun itu, termasuk mengikuti seleksi beasiswa. Menulis dan membaca adalah
senjata ampuhnya untuk menaklukkan hati pemberi beasiswa. Setiap pembuatan
peraturan program beasiswa Magister dan
Doktor tingkatan Kementerian RI maupun Progam beasiswa luar Negeri calon peserta beasiswa wajib menulis artikel
ilmiah dan syarat memenuhi nilai
toeffl/ITP dengan nilai Scourse rata-
450-500. Tanpa cerita berlebihan, tulisan dari anak kampung ini telah mengantarkannya dalam memenangkan beasiswa
S2 saat ini dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan
(Kemenkeu) Republik Indonesia.
Saya ingin berbagi sedikit pengalaman mengikuti
seleksi tes administrasi dan wawancara beasiswa hannya dengan modal
tulisan dari anak Kampung artikel 750 kata. Awal 2014 menyelesaikan pendidikan
S1, saya telah niatkan untuk melanjutkan S2 mendaftar di proram pasca Sarjana
S2 Fakultas Hukum Uncen di Abepura Jayapura,
pernah ikut mata kuliah
matrikulasi. Mau mengharapkan biaya orangtua lumayan berat, karena harus
mengeluarkan biaya yang cukup tinggi. Orangtua di kampung, sehari-hari petani
dan pelayan jemaat menajadi beban besar.
Selama satu minggu
setelah selesai matrikulasi,
diberitahukan harus di bayar uang semester
sebesar Rp.9.500.000, sayapun panik dan terbeban berat, dan berdoa kepada
Tuhan’ bahwa Tuhan Yesus’ saya ingin melanjutkan kuliah tidak ada dana mohon
Engkau beri petunjuk’’ Puji Tuhan, doa
saya pun telah terjawab. Saya mendapat informasi tentang penyaringan beasiswa
dari Kemenkeu LPDP RI untuk seluruh Indonesia dan khusus untuk Papua pintu
telah terbuka, saya pun kerja keras mengisi persyaratan yang telah di berikan
LPDP. Puji Tuhan akhirnya di umumkan
pada bulan april 2014 ikut seleksi lulus administrasi beasiswa LPDP. Dengan modal kumpulan tulisan
artikel saya memberanikan diri untuk mengikuti seleksi tes wawancara pada bulan juli, seraya bersabar menunggu
pengumuman hasil tes akhir wawancara beasiswa ini pun diperolehnya.
Kemampuan bahasa
Inggris yang merepotkan seringkali membuatnya tidak percaya diri untuk mencoba
mengikuti seleksi beasiswa ini. Ditambah lagi dengan kuliah S1 yang
menghabiskan waktu 4 tahun kegiatan organisasi kampus sejalan kegiatan
belajar tatap muka dengan dosen. Hal ini
membuat makin tidak percaya diri. Saya hannya berpikir positif. Tak ada harapan
modal lainnya kecuali pengalaman organisasi dan menulis di Media cetak online kumpul bersama dengan
rekan-rekan mahasiswa aktivis kampus Uncen terkait menangkapi dinamika
pembangunan di Provinsi Papua.
Mulanya, tak yakin
untuk mencatumkan artikel dalam semua seleksi yang dilaluinya. Saya katakan
bahwa mendapatkan beasiswa bukan hannya diperuntukkan bagi mahasiswa pintar,
gemilang dengan prestasi cemerlang (cumlude) IPKnya tinggi. Hingga yang
memiliki kemampuan pas-pasan pun tak bisa mendapatkannya.
Ada pula cerita menarik
saat Sam menaklukkan hati pemberi beasiswa (LPDP). Pada saat Sam diwawancarai
oleh 2 orang pewawancara, dari LPDP bapak
Budi bersama Guru besar spisikologi dari
Universitas Indonesia “satu pertanyaan yang tak bisa dilupakannya adalah “
Tolong ceritakan pada kami, katanya kamu ini
aktivis kampus Uncen selalu pimpin demo palang kampus, konfrensi perst kritik
Pemerintah ya? Saya mendengar
pertanyaan ini sangat terkejut dan
bertanya dalam hati’ pace dua ini,
informasi ini tau dari mana....? Lantas
saya jawab dengan jawaban sederhana. Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen)
adalah barometer diTanah Papua, jadi setiap kebijakan yang salah dilakukan oleh
pimpinan lembaga Uncen dan pemimpin Kepala Daerah di Provinsi Papua, kami
mahasiswa Uncen menanggapi kesalahan itu, dan mengoreksi kebijakan dengan cara
demostrasi dan konfrensi perst di Media dengan memperhatikan aturan yang ada
dalam lembaga Uncen. Jadi, saya jujur bicara bahwa saya adalah salah satu dari
sekian aktivis komunitas kampus
berbicara untuk perubahan Papua, yang selama ini di istimakan, Papua bodoh,
tertinggal, terbelakang dan istima lainnya. Tapi saya cerita kepada
bapa dong dua bahwa, kami
orang-orang Papua bukan orang kampung yang tak kampungan seperti
disebutkan istikma diatas. Kami mahasiswa sebagai agen of change maka menyuarakan aspira rakyat kaum yang tak
bersuara di tanah ini, dan aktivitasnya adalah menyebarluaskan informasi dan
kisah-kisah inspiratif dari kampung-kampung dipelosok Papua untuk Indonesia.
Ini
adalah sedikit cerita Sam, bagaimana berkat aktif dari anak kampung bisa
memenangkan beasiswa. Bukan hannya urusan bagaimana cara memenangkan beasiswa,
tapi berbagi kisah dan membangun Papua dengan cara sederhana, menyebarkan
informasi postitif untuk membangun kekuatan dari halaman tersendiri.
Sam
hanyalah salah satu diantara yang mendapatkan manfaat dari Papua, masih banyak
lagi putra-putri Papua menerima manfaat itu. Semua itu berkat dari doa orang
tua di kampung, kaka, sahabat-sahabat saya. Dan saya yakin masih banyak lagi
anak-anak Papua yang telah merasahkan manfaat itu.
Saat
ini, Sam telah merasakan manfaat itu, dengan menerima beasiswa S2 penuh dari
LPDP dan Kementerian Keuangan RI.
Semoga
akan lebih banyak lagi anak-anak muda Papua
dari kampung yang bergabung di dalam beasiswa Program LPDP dari kementerian keuangan. “Terima Kasih
Tuhan Yesus, ayandaku, bundaku di pedalaman Papua yang selalu mendoakan saya,
Kaka-kakakku, pimpinan FH Uncen, seluruh Civitas akademika Uncen dan semua yang
memberikn saya sport.
Teruslah menyebarkan informasi walau hannya
satu kalimat.”sebelum mencoba jangan
anda katakan saya anak dari kampung saya
tidak bisa, tetapi anda berusaha mencoba pasti anda bisa, disini tidak ada berbedaan
anak dari kota dan anak kampung, tapi
semua sama.
Orang kota itu
sebelumnya orang kampung, tapi dia lebih terdahulu tinggal di kota maka di
katakan saya orang kota.”
Katanya menutup cerita. Amsal Sama.
Tulisan yang menginspirasi Sam. Keep writing your amazing experience!
BalasHapus