Jumat, 13 November 2015

Jalan Terjal Amsal

Mendapatkan Kesempatan Melanjutkan Studi Dari Beasiswa LPDP-RI.


“Amsal salah satu dari anak kampung dari pedalaman Papua yang mendapatkan manfaat untuk melanjutkan studi  Beasiswa LPDP program Magister di Universitas yang ternama di dalam Negeri.
Sam panggilan akrabnya, mendapatkan beasiswa S2 adalah impiannya. Banyak hasil yang membuat mimpinya menarik untuk dicapai. Kuliah gratis, mendapatkan uang
saku, jalan-jalan dan lain sebagainya. Semuanya akan menyatu menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Tak semua bisa terbelikan dengan uang, salah satunya adalah pengalaman mendapatkan beasiswa S2. Semua orang punya mimpi besar untuk mendapatkan beasiswa, tapi tak banyak yang bersabar, tekun dan kerja keras untuk mendapatkan semua itu. Sebagian besar dari pemburu beasiswa cenderung merasa pesimis, tak bisa bahasa Inggris, nilai  secourse Toeffl/ITP  dan berbagai alasan lainnya. Padahal, jika kita mau mengejarnya tak ada istilah “tidak mungkin”. Jika mau pasti ada jalannya. Tapi ingat kuncinya, belajar dengan tekun, banyak bertanya dan harus mimpi besar.
Sam termasuk orang yang memiliki pengalaman berliku untuk mendapatkan beasiswa S2. Saat ini oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) memberikannya beasiswa, hannya dengan modal beberapa tulisan artikel, salah satu artikel, dengan Thema. Orang Papua yang membutuhkan keadilan, kebenaran,  kesejahteraan dalam pembangunan di tanah Papua.  Maka perlu adanya SDM yang handal  dapat mampu membuat trobosan dalam Pembangunan, menegakkan supermasi  hukum dan keadilan diTanah Papua, agar penyelenggaraan penegakkan hukum di Provinsi Papua dapat di capai sesuai dengan amanat konstitusi 1945 alinea ke 4 ''Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara  Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah  darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan  kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang  berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.''  Walaupun sebelumnya  selesai S1 di Fakultas Hukum Uncen saya tidak pernah memikirkan untuk melanjutkan studi Program magister, namun dorongan dan motivasi kaka tersayang Marthen Sama, maka saya mendapat kesempatan melanjutkan studi dalam program beasiswa LPDP.
Saya sadar bahwa, semua program beasiswa itu, tidak didapatkan begitu saja. saya percaya, kesempatan itu tak datang menyapa begitu saja, melainkan mau mengetuk pintu, dengan begitu pintu pun terbuka. Semenjak S1 di Universitas Cenderawasih pada Fakultas Hukum (FH Uncen) Jayapura Papua, saya aktif menjadi anggota organisasi internal kampus Lembaga Uncen,  seperti  BEM FH UNCEN, UKM PMK Uncen, dan pernah menjadi ketua BEM FH Uncen periode 2012-13 mengantikan posisi bung Thomas Ch Syufi, serta organisasi Ikatan Mahasiswa Kabupaten dan Distrik dari Yahukimo-Papua. Di tempat inilah saya mulai belajar menulis dan ditimpa dengan banyak berlatih diri dalam kegiatan organisasi. Sam dipandang dari orang dibilang tak mampu dalam sisi   Financial. Latar belakang orang tuanya   tergolong seorang petani dan pelayanan ( penyinjilan)  di Jemaat GKI Klasis Yalimo Angguruk daerah pelosok pedalaman Papua.
Saya anak kampung belajar bersama dengan  anak kota, tetapi saya anak dari  kampung yang tak kampungan. Itu istilah motivasi besar saya. Mungkin anda yang membaca tulisan saya ini banyak yang sama dengan nasib saya. Namun saya menulis disini agar dapat memotivasi kita semua. Mungkin tak percaya, jika Sam menceritakan bagaimana lika-liku memenangkan beasiswa dengan modal menulis cerita orang-orang kampung pedalaman Papua yang membutuhkan keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan dalam pembangunan. Awalnya pun saya tak begitu percaya, tapi hasil seleksi mendapatkan beasiswa S2 dari 370 peserta yang tes daftar  dari Putra-putri terbaik dari Provinsi Papua, hanya 70 yang dinyatakan lulus seleksi, salah satunya saya.
Dalam setiap seleksi apa pun itu, termasuk mengikuti seleksi beasiswa. Menulis dan membaca adalah senjata ampuhnya untuk menaklukkan hati pemberi beasiswa. Setiap pembuatan peraturan program beasiswa  Magister dan Doktor tingkatan Kementerian RI maupun Progam beasiswa luar Negeri  calon peserta beasiswa wajib menulis artikel ilmiah  dan syarat memenuhi nilai toeffl/ITP dengan  nilai Scourse rata- 450-500. Tanpa cerita berlebihan, tulisan dari anak kampung ini  telah mengantarkannya dalam memenangkan beasiswa S2 saat ini dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia.
Saya ingin berbagi sedikit pengalaman mengikuti  seleksi tes administrasi dan wawancara beasiswa hannya dengan modal tulisan dari anak Kampung artikel 750 kata. Awal 2014 menyelesaikan pendidikan S1, saya telah niatkan untuk melanjutkan S2 mendaftar di proram pasca Sarjana S2 Fakultas Hukum Uncen di Abepura Jayapura,  pernah ikut  mata kuliah matrikulasi. Mau mengharapkan biaya orangtua lumayan berat, karena harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi. Orangtua di kampung, sehari-hari petani dan pelayan jemaat  menajadi beban besar.
Selama satu minggu setelah  selesai matrikulasi, diberitahukan  harus di bayar uang semester sebesar Rp.9.500.000, sayapun panik dan terbeban berat, dan berdoa kepada Tuhan’ bahwa Tuhan Yesus’ saya ingin melanjutkan kuliah tidak ada dana mohon Engkau beri petunjuk’’  Puji Tuhan, doa saya pun telah terjawab. Saya mendapat informasi tentang penyaringan beasiswa dari Kemenkeu LPDP RI untuk seluruh Indonesia dan khusus untuk Papua pintu telah terbuka, saya pun kerja keras mengisi persyaratan yang telah di berikan LPDP.  Puji Tuhan akhirnya di umumkan pada bulan april 2014 ikut seleksi lulus administrasi beasiswa LPDP. Dengan modal kumpulan tulisan artikel saya memberanikan diri untuk mengikuti seleksi tes wawancara pada bulan juli, seraya bersabar menunggu pengumuman hasil tes akhir wawancara  beasiswa ini pun diperolehnya.
Kemampuan bahasa Inggris yang merepotkan seringkali membuatnya tidak percaya diri untuk mencoba mengikuti seleksi beasiswa ini. Ditambah lagi dengan kuliah S1 yang menghabiskan waktu 4 tahun kegiatan organisasi kampus sejalan kegiatan belajar  tatap muka dengan dosen. Hal ini membuat makin tidak percaya diri. Saya hannya berpikir positif. Tak ada harapan modal lainnya kecuali pengalaman organisasi dan menulis di  Media cetak online kumpul bersama dengan rekan-rekan mahasiswa aktivis kampus Uncen terkait menangkapi dinamika pembangunan di Provinsi Papua.
Mulanya, tak yakin untuk mencatumkan artikel dalam semua seleksi yang dilaluinya. Saya katakan bahwa mendapatkan beasiswa bukan hannya diperuntukkan bagi mahasiswa pintar, gemilang dengan prestasi cemerlang (cumlude) IPKnya tinggi. Hingga yang memiliki kemampuan pas-pasan pun tak bisa mendapatkannya.
Ada pula cerita menarik saat Sam menaklukkan hati pemberi beasiswa (LPDP). Pada saat Sam diwawancarai oleh 2 orang pewawancara,  dari LPDP bapak Budi bersama  Guru besar spisikologi dari Universitas Indonesia “satu pertanyaan yang tak bisa dilupakannya adalah “ Tolong ceritakan pada kami, katanya kamu ini aktivis kampus Uncen selalu pimpin demo palang kampus, konfrensi perst kritik Pemerintah ya?  Saya mendengar pertanyaan ini sangat  terkejut dan bertanya dalam  hati’ pace dua ini, informasi  ini tau dari mana....? Lantas saya jawab dengan jawaban sederhana. Kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) adalah barometer diTanah Papua, jadi setiap kebijakan yang salah dilakukan oleh pimpinan lembaga Uncen dan pemimpin Kepala Daerah di Provinsi Papua, kami mahasiswa Uncen menanggapi kesalahan itu, dan mengoreksi kebijakan dengan cara demostrasi dan konfrensi perst di Media dengan memperhatikan aturan yang ada dalam lembaga Uncen. Jadi, saya jujur bicara bahwa saya adalah salah satu dari sekian aktivis  komunitas kampus berbicara untuk perubahan Papua, yang selama ini di istimakan, Papua bodoh, tertinggal, terbelakang dan istima lainnya. Tapi saya cerita  kepada  bapa dong dua bahwa, kami  orang-orang Papua bukan orang kampung yang tak kampungan seperti disebutkan istikma diatas. Kami mahasiswa sebagai agen of change maka menyuarakan aspira rakyat kaum yang tak bersuara di tanah ini, dan aktivitasnya adalah menyebarluaskan informasi dan kisah-kisah inspiratif dari kampung-kampung dipelosok Papua  untuk Indonesia.
Ini adalah sedikit cerita Sam, bagaimana berkat aktif dari anak kampung bisa memenangkan beasiswa. Bukan hannya urusan bagaimana cara memenangkan beasiswa, tapi berbagi kisah dan membangun Papua dengan cara sederhana, menyebarkan informasi postitif untuk membangun kekuatan dari halaman tersendiri.
Sam hanyalah salah satu diantara yang mendapatkan manfaat dari Papua, masih banyak lagi putra-putri Papua menerima manfaat itu. Semua itu berkat dari doa orang tua di kampung, kaka, sahabat-sahabat saya. Dan saya yakin masih banyak lagi anak-anak Papua yang telah merasahkan manfaat itu.
Saat ini, Sam telah merasakan manfaat itu, dengan menerima beasiswa S2 penuh dari LPDP dan Kementerian Keuangan RI.
Semoga akan lebih banyak lagi anak-anak muda Papua  dari kampung yang bergabung di dalam beasiswa Program  LPDP dari kementerian keuangan. “Terima Kasih Tuhan Yesus, ayandaku, bundaku di pedalaman Papua yang selalu mendoakan saya, Kaka-kakakku, pimpinan FH Uncen, seluruh Civitas akademika Uncen dan semua yang memberikn saya sport.
 Teruslah menyebarkan informasi walau hannya satu kalimat.”sebelum mencoba jangan anda  katakan saya anak dari kampung saya tidak bisa, tetapi anda berusaha mencoba pasti anda bisa, disini tidak ada berbedaan  anak dari kota dan anak kampung, tapi semua sama.
Orang kota itu sebelumnya orang kampung, tapi dia lebih terdahulu tinggal di kota maka di katakan saya orang  kota.” Katanya menutup cerita.  Amsal Sama.

1 komentar:

  1. Tulisan yang menginspirasi Sam. Keep writing your amazing experience!

    BalasHapus